Ken Arok
Ken Arok
atau Ken Angrok lahir di
Jawa Timur pada tahun 1182. Wafat di Jawa Timur pada tahun 1247. Adalah pendiri
Kerajaan Tumapel yang terkenal dengan
nama Singhasari . Ia memerintah sebagai raja pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 – 1247. Ken
Arok adalah putra Gajah Para dari desa Campara ( Bacem, Lodoyo, Blitar ) dan
ibunya bernama Ken Ndok dari desa Pangkur ( Jiwut, Nglegok, Blitar ) . Gajah
adalah nama jabatan setara wedana ( Pembantu adipati ) pada era kerajaan
Kediri. Sebelum Ken Arok lahir ayahnya telah meninggal dunia saat ia dalam
kandungan, dan saat itu Ken Ndok telah dijadikan istri oleh raja Kediri. Oleh
ibunya, bayi Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan
dan diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong. Ken Arok tumbuh menjadi
berandalan yang lihai mencuri dan gemar berjudi. Lembong pun mengusirnya.
Ia
kemudian diasuh oleh Bango Samparan, seorang penjudi dari desa Karuman (
sekarang Garum, Blitar ) yang menganggapnya sebagai pembawa keberuntungan. Ken
Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat Genukbuntu, istri tua Bango
Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan Tita, anak kepala desa Siganggeng, (
sekarang Senggreng, Sumberpucung, Malang ) . Keduanya pun menjadi pasangan
perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kediri. Akhirnya, Ken Arok
bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang ditemukan, Lohgawe
yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Tumapel
merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kediri.
Yang menjadi akuwu ( sekarang setara
dengan kecamatan ).
Saat itu, Tumapel dipimpin oleh Tunggul Ametung. Atas
bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal Tunggul Ametung. Ken
Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes
istri Tunggul Ametung yang cantik. Lohgawe juga meramalkan kalau Ken Dedes
akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken Arok ingin merebut
Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe. Ken Arok membutuhkan sebilah keris
ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung
yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken
Arok pada sahabatnya yang bernama Mpu Gandring
dari desa Lulumbang ( sekarang Plumbangan,Doko, Blitar ), yaitu seorang ahli
pembuat pusaka ampuh. Mpu Gandring
sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken Arok tidak
sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan. Keris yang belum
sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu Gandring
sampai tewas. Menjelang ajalnya, Mpu Gandring
mengucapkan kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk
Ken Arok sendiri.
Ken
Arok menjalankan rencananya untuk merebut kekuasaan Tunggul Ametung. Mula-mula
ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Ijo, rekan sesama pengawal. Kebo Ijo
dengan bangga memamerkan keris itu sebagai miliknya kepada semua orang yang ia
temui, sehingga semua orang mengira bahwa keris itu adalah milik Kebo Ijo.
Dengan demikian, siasat Ken Arok berhasil. Malam berikutnya, Ken Arok mencuri
keris pusaka itu dari tangan Kebo Ijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup
ke kamar tidur Tunggul
Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken Dedes
menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan Ken Arok.
Lagi pula, Ken Dedes
menikah dengan Tunggul
Ametung dilandasi rasa keterpaksaan. Pagi harinya, Kebo Ijo
dihukum mati karena kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung.
Ken Arok lalu mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin baru di Tumapel
dan menikahi Ken Dedes.
Tidak seorang pun yang berani menentang keputusan itu. Ken Dedes
sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.
Pada
tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kediri dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel
meminta perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan
terhadap Kadiri.
Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun menyatakan Tumapel
sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kediri. Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Kertajaya tidak
takut menghadapi pemberontakan Tumapel.
Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa.
Mendengar pernyataan itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa dan siap
memerangi Kertajaya. Perang
antara Kediri
dan Tumapel
terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kediri kalah. Kertajaya
diberitakan mati dalam pertempuran tersebut.
Ken Dedes
telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa
Wonga Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya,
dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang,
yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya,
Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi. Selain itu, Ken Dedes
juga memiliki putra dari Tunggul Ametung
yang bernama Anusapati.
Anusapati
merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya, padahal
ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya, Ken Dedes,
akhirnya Anusapati
mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak tiri. Bahkan, ia juga
mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul Ametung
telah mati dibunuh Ken Arok. Anusapati
berhasil mendapatkan Keris
Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes.
Ia kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk membunuhKen
Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang makan sore hari. Anusapati
lalu membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak.
Silsilah Wangsa Rajasa dari
berbagai sumber prasasti dan naskah
Komentar
Posting Komentar